SELAMAT DATANG DI BLOG INI SEMOGA BERMANFAAT

SELAMAT DATANG DI BLOG INI SEMOGA BERMANFAAT.

Kamis, 08 Agustus 2013

cerita rakyat desa jelutung II


AIK ENGKANG
            Pada zaman dahulu kala hiduplah sepasang suami istri. mereka adalah orang perantau dari seberang .Mereka tinggal di kebun yang tidak jauh dari Desa Jelutung II. Sang suami terkenal dengan ilmu sepahit lidahnya. Mata pencaharian mereka adalah berkebun lada, seperti kehidupan orang-orang Jelutung II lainnya. Selain berkebun lada mereka juga menjadi buruh harian, seperti mencari junjung*), merumput dan lainnya.
 Perkawinan mereka belum dikarunia anak, walaupun usia perkawinan mereka masuk tahun keempat, namun mereka tidak putus asa dan siang malam terus berdoa agar dapat dikarunia anak. Jika upahan  tidak ada mereka mengerjakan miliknya sendiri. Mereka juga menanam berbagai jenis sayur seperti ubi kayu, ubi jalar dan cabe.
            Pada suatu hari, sang istri mengatakan sesuatu kepada sang suami.
 “Bang, aku sudah dua bulan tidak datang bulan, mungkin aku hamil”, kata sang istri. Mendengar kata sang istri tadi, suaminya merasa sangat bahagia. Mulai saat itu apapun yang diminta istrinya diturutinya. Semenjak itu pula istrinya tidak lagi diajak untuk bekerja baik ditempat orang maupun di kebun sendiri.
            Hari demi hari, minggu demi minggu bahkan bulan demi bulan  tidak terasa sang istri sudah masuk hamil bulan ke-9.
“ Pak , aku sudah hamil  sembilan bulan berarti tidak lama lagi aku akan melahirkan”, kata sang istri.
Ya Dik, kamu tidak usah jalan jauh-jauh dan mengangkat yang berat-berat”,  kata suaminya.
“Kamu juga tidak usah banyak pikiran”, lanjut suaminya.
“Ya, terima kasih, kakak sangat baik “, kata sang istri.
 Sang suami semakin sayang dengan istrinya, dan makin tak sabar lagi untuk menimang anaknya.
            Sang suami tak lagi pergi bekerja jauh-jauh, dia tidak tega meninggalkan istrinya sendirian di rumah apalagi sudah hamil tua. Sang suami hanya bekerja di sekitar rumah mereka, membersihkan rumput dan mengumpulkan kayu bakar.
            Tepatnya 9 bulan 10 hari istrinya memanggil sang suaminya.
“Kak, perutku terasa sakit sekali “, kata sang istri.
“Mungkin kamu mau melahirkan “, kata sang suami.
 Ya,  aku akan mengambil dukunnya di kampung, kamu tenang-tenang saja di rumah”, kata sang suami sambil pergi meninggalkan pondoknya.
Suaminya pun melangkah menuju kampung dengan berjalan kaki mengikuti jalan setapak. Kurang lebih setengan jam sang suami sudah sampai di rumah bersama seorang dukun beranak. Maklum jaman itu belum ada bidang desa seperti sekarang. Suaminya dan dukun langsung masuk rumah dan menemui istrinya yang sedang berbaring di pondok. Dik, aku sudah sampai, ini bibinya akan membantumu”, kata sang suami.
Bik dukun lalu menuju kamar.
 “Memang benar”, kata bibi dukun , bahwa istrinya  mau melahirkan. Sang suami membantu proses kelahiran istrinya. Keringat sang suami bercucuran menetes dari atas dahinya. Sesekali dia berkata. Kuatkan tenagamu.  Tidak berapa lama terdengar tangis sang bayi dari kamar tidur mereka yang berukuran 2 x 3 meter itu.
 “Wah anakmu laki-laki”, kata bibi dukun. Sambil memperlihatkan sang bayi kepada sang suami.
 “Alhamdulillah akhirnya aku sudah dikarunia anak”, kata sang suami.
Sang suami sibuk mencari air dan ramuan tradisional seperti daun untuk mandi sang istri dan bayinya. Kata bibi dukun,” daunan ini berguna agar bau amis darah hilang”.
“ Hari sudah larut malam, bibi kuantar besok pagi saja ya”, kata sang suami.
 “O, ya tidak apa-apa”, kata bibi dukun.
Seperti biasa sang suami ditemani bibi pergi kekali mencuci bekas malahirkan tadi malam. Sang suami menanan kakak yang tidak jauh dari pondok kebunnya.
 Setelah selesai memcuci dan membereskan keperluan sang sitrinya, sang suami mengantar bibi dukun pulang ke kampung. Sesampai di rumah bibi sambil menyerahkan uang kepada bibi dukun, sang suami pamit pulang.
“Terima kasih ya bik sudah membantu istriku”, kata sang suami sambil salaman.
 “Ya, hati-hati, kalau ada apa-apa panggil saya”, kata bik dukun.
Sebelum pulang ke kebun, sang suami menuju toko, dia hendak membeli keperluan sehari-hari seperti beras, gula, kopi dan lain-lainya.
“Wah gembira sekali hari ini”, sapa pemilik toko.
“Ya Yuk, istri semalam sudah melahirkan”, kata sang suami.
“Anaknya laki-laki atau perempuan?”, tanya pemilik toko.
“Laki-laki Yuk”, jawab sang suami.
“ Belanjaan saya berapa, Yuk’, tanya sang suami.
“ Lima ribu rupiah “, jawab pemilik toko.
“ Saya pulang dulu ya Yuk “, kata sang suami.
            Sang suami tak sabar lagi mau cepat-cepat sampai rumah mau melihat anaknya.
“Dik,dik... bagaimana keadaanmu”, seru sang suami dari kejauhan.
“Saya baik-baik saja kak”, jawab sang istri.
“Syukurlah, anak kita baik-baik juga ya !”, seru sang suami.
Sang suami langsung masuk ke rumah menuju kamar di mana temat sang istri dan anaknya berbaring.
“ Kalau mau perlu apa saja, panggil saya ya, dik “, kata sang sumaninya.
“Kamu harus hati-hati dan jangan banyak bergerak”, pesan sang suami.
“ Ya kak” , jawab istrinya.
Kedua orangtuanya sangat sayang sekali dengan bayinya. Sang istri merawat dengan baik dan penuh kasih sayang. Jarang sekali terdengar bayi menangis. 
            Sepanjang hari sang istrinya merawat anaknya. Wajarlah bayinya gemuk dan sehat. Tidak terasa anaknya sekarang sudah berumur 1 tahun. Karena sudah berusia 1 tahun, sekarang istrinya sesekali membantu suaminya. Terutama memasak dan mencuci. Selama ini memasak dan mencuci suaminya yang membantu.
            Pada suatu hari pulang dari bekerja. Sang istrinya menyuruh suaminya menjaga anaknya, karena sang istri mau mencuci di kali. Tugas ini sudah rutin dikerjakan oleh ayahnya. Saat itu anaknya sedng tidur di ayunan di dalam kamar tidur. Banyak sekali cucian yang dibawa sang istri.
“Saya ke kali dulu ya, kak”, kata sang istri.
“ Ya, hati-hati dan jangan lama-lama nanti anak kita mau makan” , sahut sang suami.
Karena banyak cucian hari itu, anaknya terbangun sebelum emaknya selesai mencuci. Anaknya manangis dan lalu diangkat sang ayahnya.
“ Diam sayang, emakmua sedang mencuci” , kata ayah. Sambil mengambil susu yang sudah disiapkan ibu tidak jauh dari tempat tidur anaknya. Setelah diberikan susunya anaknya diam, lalu menangis lagi. Entah mengapa hari itu sang ayah marah, mungkin capek lalu dia berkata emakmu tidak pulang lagi dari kali mungkin sudah menjadi batu.
Karena penasaran akhirnya suaminya sambil menggendong anaknya pergi menyusul istrinya yang sedang mencuci. Namun betapa herannnya setelah sampai di kali sang istrinya tidak kelihatan. Yang ada disekitar itu hanya pakaian cuciannya. Dan semakin heran di kali belum pernah dia melihat batu. Namun sekarang ada batu. Sang suami menangis  dan menyasali karena dia mengatakan yang seharusnya tidak boleh keluar dari mulutnya. Karena dia memiliki ilmu sepahit lidah apa yang dikatakan saat emosi akan terkabul. Yaitu kata mungkin emakmu jadi batu. Saat itu pula sang istrinya berubah menjadi batu. Namun apa hendak dikata nasi telah menjadi bubur. Istrinya yang disayangi kini sudah berbah menjadi batu. Sekarang kali itu di apit oleh dua batu. Sebelah kiri dan kanan. Batu itulah konon berasal dari sang istri . batunya membuka seperti posisinya orang sedang mencuci. Maka sampai sekarang kali itu disebut dengan aik engkang*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar